Pendahuluan
Dalam dunia akademik dan riset, publikasi ilmiah memegang peran penting sebagai sarana diseminasi pengetahuan dan hasil penelitian. Melalui publikasi, para peneliti dapat berbagi temuan, memperluas jaringan keilmuan, serta meningkatkan kredibilitas di bidangnya. Namun, tidak semua jurnal memiliki cakupan dan reputasi yang sama. Dua kategori yang sering menjadi perbincangan di kalangan akademisi adalah jurnal nasional dan jurnal internasional. Keduanya memiliki perbedaan signifikan dari segi cakupan, sistem penilaian, standar kualitas, hingga pengakuan akademik (Hidayat & Arifin, 2020).
Artikel ini membahas secara mendalam perbedaan antara jurnal nasional dan jurnal internasional berdasarkan aspek cakupan wilayah, sistem indeksasi, bahasa, kualitas artikel, proses review, serta pengaruh terhadap karier akademik. Dengan pemahaman ini, peneliti diharapkan mampu menentukan target publikasi yang sesuai dengan tujuan dan kapasitas risetnya.
1. Cakupan Wilayah dan Jangkauan Pembaca
Jurnal nasional adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga di dalam negeri, dengan target utama pembaca dan kontributor berasal dari lingkungan akademik Indonesia. Sementara itu, jurnal internasional memiliki orientasi global, di mana penulis dan pembacanya berasal dari berbagai negara. Jurnal internasional tidak hanya membahas isu yang relevan secara lokal, tetapi juga memuat topik-topik dengan dampak global (Wijayanti et al., 2021).
Perbedaan jangkauan ini berdampak pada visibilitas karya ilmiah. Artikel yang diterbitkan dalam jurnal internasional memiliki peluang lebih besar untuk dikutip oleh peneliti lintas negara, sehingga dapat meningkatkan h-index dan pengaruh akademik penulis. Sebaliknya, jurnal nasional lebih berperan sebagai wadah bagi penelitian kontekstual yang relevan dengan kebutuhan lokal, seperti kebijakan pendidikan nasional, ekonomi daerah, atau kearifan lokal (Kurniawan & Sari, 2022).
2. Bahasa Publikasi
Bahasa menjadi pembeda utama antara kedua jenis jurnal tersebut. Jurnal nasional umumnya menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama, meskipun beberapa jurnal sudah mulai mengakomodasi artikel dalam bahasa Inggris untuk meningkatkan aksesibilitas global. Sedangkan jurnal internasional secara konsisten menggunakan bahasa Inggris akademik yang telah menjadi lingua franca dalam komunikasi ilmiah global (Yuliani, 2023).
Penggunaan bahasa Inggris dalam jurnal internasional menuntut penulis untuk memiliki kemampuan menulis ilmiah yang baik, baik dari segi tata bahasa maupun struktur argumentasi. Karena itu, banyak peneliti Indonesia yang memerlukan bantuan profesional atau proofreading untuk menyesuaikan tulisan dengan standar publikasi global.
3. Standar dan Proses Review
Salah satu perbedaan paling signifikan terletak pada proses peer review. Jurnal nasional umumnya memiliki sistem review yang lebih sederhana, dengan fokus pada kesesuaian topik dan kelengkapan metodologi. Namun, jurnal internasional menggunakan proses double-blind peer review, di mana identitas penulis dan reviewer dirahasiakan untuk menjaga objektivitas (Setiawan & Dewi, 2020).
Selain itu, jurnal internasional memiliki standar yang lebih ketat dalam hal metodologi, orisinalitas, dan kontribusi teoretis. Artikel yang tidak menunjukkan kebaruan (novelty) atau kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan global cenderung ditolak. Hal ini membuat tingkat penerimaan (acceptance rate) pada jurnal internasional jauh lebih rendah dibandingkan jurnal nasional, biasanya di bawah 20% (Rahmawati, 2022).
4. Indeksasi dan Reputasi
Aspek lain yang membedakan adalah indeksasi. Jurnal nasional di Indonesia sering diindeks oleh lembaga seperti Sinta (Science and Technology Index), Garuda, atau Neliti. Sedangkan jurnal internasional diindeks oleh database bereputasi global seperti Scopus, Web of Science (WoS), atau DOAJ (Directory of Open Access Journals) (Nugroho, 2021).
Indeksasi menjadi indikator penting dalam menilai kredibilitas jurnal. Jurnal yang terindeks di Scopus atau WoS dianggap telah memenuhi kriteria ketat dalam hal kualitas editorial, keilmuan, dan etika publikasi. Sementara itu, Sinta memberikan klasifikasi (S1–S6) untuk jurnal nasional berdasarkan mutu dan dampaknya di tingkat nasional.
5. Pengakuan Akademik dan Dampak terhadap Karier
Dalam sistem pendidikan tinggi, publikasi di jurnal bereputasi menjadi syarat penting untuk kenaikan jabatan akademik. Di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) menetapkan bahwa publikasi di jurnal internasional bereputasi memiliki bobot nilai yang lebih tinggi dibanding jurnal nasional. Publikasi internasional dianggap mencerminkan kemampuan peneliti dalam berkompetisi di tingkat global (Lestari & Putra, 2023).
Dosen atau peneliti yang berhasil menembus jurnal internasional terindeks Scopus atau WoS biasanya memperoleh pengakuan lebih tinggi, baik dari institusi maupun masyarakat akademik. Namun, jurnal nasional tetap memiliki fungsi strategis sebagai sarana pengembangan keilmuan lokal dan penguatan literasi ilmiah domestik.
6. Etika dan Integritas Publikasi
Baik jurnal nasional maupun internasional, keduanya menekankan pentingnya etika penelitian. Namun, jurnal internasional biasanya menerapkan standar etika yang lebih ketat sesuai pedoman Committee on Publication Ethics (COPE). Aspek seperti plagiarisme, manipulasi data, dan duplikasi publikasi diawasi ketat. Sebagian besar jurnal internasional juga menggunakan perangkat pendeteksi kemiripan seperti Turnitin atau iThenticate (Yusuf et al., 2022).
Jurnal nasional kini mulai mengikuti standar serupa, terutama yang telah terakreditasi Sinta 1 dan 2. Namun, masih terdapat variasi dalam penerapannya karena perbedaan sumber daya pengelola jurnal.
7. Biaya Publikasi
Perbedaan lain adalah biaya publikasi (Article Processing Charge / APC). Banyak jurnal nasional tidak mengenakan biaya publikasi, terutama yang dikelola oleh universitas negeri. Namun, sebagian jurnal internasional mengenakan biaya cukup tinggi, bisa mencapai USD 500–2000 per artikel, terutama pada jurnal open access (Nugraha & Fatimah, 2021).
Meski demikian, biaya tinggi tidak selalu menjamin kualitas jurnal. Peneliti harus berhati-hati terhadap predatory journals — jurnal internasional palsu yang memungut biaya besar tanpa proses review yang layak. Karena itu, penting memastikan jurnal tersebut terdaftar di Scopus atau WoS dan memiliki ISSN serta DOI resmi.
8. Tantangan Publikasi di Jurnal Internasional
Publikasi di jurnal internasional bukan tanpa tantangan. Peneliti sering menghadapi kendala dalam bahasa, metodologi, dan novelty riset. Selain itu, proses review yang panjang dan tingkat penolakan yang tinggi membuat sebagian penulis membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga artikelnya diterima (Utami & Prasetyo, 2021).
Untuk mengatasinya, banyak peneliti kini mengikuti workshop penulisan internasional, bimbingan akademik, atau bekerja sama dengan co-author luar negeri. Kolaborasi lintas institusi menjadi salah satu cara efektif meningkatkan peluang publikasi internasional.
9. Manfaat Publikasi di Jurnal Nasional
Meskipun jurnal internasional menawarkan pengakuan global, jurnal nasional tetap memiliki peran penting, terutama dalam konteks pengembangan kebijakan lokal dan pemecahan masalah domestik. Penelitian yang difokuskan pada konteks sosial, ekonomi, atau budaya Indonesia seringkali lebih tepat diterbitkan di jurnal nasional agar lebih mudah diakses oleh pembuat kebijakan dan masyarakat (Handayani, 2020).
Selain itu, jurnal nasional menjadi wadah pembelajaran bagi peneliti pemula untuk mengenal proses publikasi ilmiah, sebelum melangkah ke tingkat internasional.
10. Kesimpulan
Secara keseluruhan, jurnal nasional dan jurnal internasional memiliki peran yang saling melengkapi dalam ekosistem ilmiah. Jurnal nasional berfungsi sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang relevan dengan konteks lokal, sedangkan jurnal internasional menjadi wadah pertukaran ide di tingkat global.
Pemilihan target publikasi sebaiknya disesuaikan dengan tujuan riset, kemampuan bahasa, dan tingkat kontribusi ilmiah. Dengan memahami karakteristik keduanya, peneliti dapat menyusun strategi publikasi yang efektif dan beretika, sehingga dapat berkontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan bangsa.
Referensi
Handayani, S. (2020). Peran jurnal nasional dalam pengembangan ilmu pengetahuan lokal. Jurnal Ilmu Sosial Indonesia, 6(1), 45–55.
Hidayat, M., & Arifin, R. (2020). Analisis perbedaan jurnal nasional dan internasional dalam sistem publikasi ilmiah. Jurnal Pendidikan dan Riset, 4(2), 101–112.
Kurniawan, D., & Sari, R. (2022). Perbandingan indeksasi jurnal nasional dan internasional: Studi pada sistem Sinta dan Scopus. Jurnal Komunikasi Akademik, 3(1), 20–33.
Lestari, P., & Putra, I. (2023). Pengaruh publikasi ilmiah terhadap karier akademik dosen di Indonesia. Jurnal Manajemen Pendidikan, 9(2), 87–99.
Nugraha, D., & Fatimah, T. (2021). Biaya publikasi dan tantangan etika dalam jurnal internasional. Indonesian Journal of Academic Ethics, 5(1), 12–24.
Nugroho, A. (2021). Analisis sistem indeksasi jurnal ilmiah di Indonesia. Jurnal Literasi Akademik, 7(3), 50–63.
Rahmawati, S. (2022). Kualitas artikel dalam jurnal internasional bereputasi. Jurnal Penelitian Ilmiah Global, 11(2), 100–118.
Setiawan, R., & Dewi, N. (2020). Penerapan double-blind review dalam publikasi ilmiah. Jurnal Teknologi Pendidikan, 14(4), 55–66.
Utami, E., & Prasetyo, B. (2021). Strategi publikasi di jurnal internasional bereputasi bagi peneliti Indonesia. Jurnal Riset dan Inovasi, 8(2), 60–72.
Wijayanti, A., Sulastri, E., & Ramadhan, T. (2021). Cakupan global jurnal internasional dalam diseminasi penelitian ilmiah. International Journal of Research Studies, 13(1), 25–38.
Yuliani, R. (2023). Penggunaan bahasa Inggris akademik dalam publikasi ilmiah. Jurnal Bahasa dan Komunikasi, 9(1), 44–57.
Yusuf, A., Pramono, L., & Hidayah, S. (2022). Etika dan integritas penelitian pada jurnal ilmiah global. Journal of Research Integrity, 10(3), 33–49.
Komentar
Posting Komentar