1. What (Apa itu Revisi Jurnal dari Reviewer?)
Revisi jurnal adalah tahapan krusial dalam proses publikasi ilmiah, ketika naskah yang diajukan mendapat umpan balik dari reviewer independen. Proses ini bertujuan memperbaiki kualitas metodologi, kejelasan argumen, dan kontribusi teoretis maupun praktis. Reviewer tidak hanya menilai kelayakan, tetapi juga memberikan masukan mendetail untuk memperkuat naskah.
Menurut Day & Gastel (2021), revisi merupakan “jembatan” yang menghubungkan kualitas awal naskah dengan standar yang diharapkan jurnal. Tanpa revisi, hampir semua artikel akan sulit mencapai tahap diterima (accepted).
2. Who (Siapa yang Terlibat?)
Pihak yang terlibat dalam proses revisi meliputi:
-
Penulis → wajib menanggapi komentar reviewer secara sopan dan konstruktif.
-
Reviewer → memberikan masukan objektif berdasarkan bidang keahlian.
-
Editor Jurnal → memutuskan apakah revisi cukup memenuhi standar.
Contoh: Seorang mahasiswa doktoral mengirimkan artikel ke jurnal Scopus Q2. Reviewer meminta perbaikan pada analisis regresi. Mahasiswa tersebut perlu menyertakan hasil SPSS atau STATA yang lebih detail agar argumen statistiknya lebih kuat.
3. When (Kapan Revisi Terjadi?)
Revisi biasanya muncul setelah tahap peer review. Durasi revisi dapat bervariasi:
-
Minor revision: 1–3 minggu.
-
Major revision: 1–3 bulan.
-
Revise & resubmit (R&R): bisa lebih lama, tergantung kompleksitas.
Menurut Nguyen et al. (2022), rata-rata revisi pertama membutuhkan waktu 4–8 minggu tergantung kualitas awal naskah.
4. Where (Di Mana Proses Revisi Terjadi?)
Proses revisi terjadi melalui:
-
Sistem submission online (misalnya ScholarOne, Editorial Manager, Elsevier EVISE).
-
Email komunikasi dari editor ke penulis.
Banyak universitas di Indonesia memberikan pelatihan khusus cara merespons revisi agar dosen dan mahasiswa dapat meningkatkan peluang publikasi.
5. Why (Mengapa Revisi Penting?)
Revisi adalah bagian dari quality assurance publikasi. Ada beberapa alasan revisi sangat penting:
-
Meningkatkan validitas metodologi (misalnya memperbaiki desain penelitian atau instrumen).
-
Menguatkan kontribusi teoritis dengan menambahkan literatur terbaru.
-
Memastikan kejelasan bahasa akademik.
-
Mengurangi risiko penolakan akhir.
Seperti dikemukakan Kowalczuk et al. (2020), naskah yang mendapat revisi biasanya memiliki peluang lebih besar untuk diterima dibandingkan naskah yang langsung ditolak (desk reject).
6. How (Bagaimana Menghadapi Revisi?)
Langkah-langkah strategis:
-
Baca komentar dengan tenang – jangan terburu-buru defensif.
-
Kelompokkan komentar → metodologi, teori, bahasa, struktur.
-
Jawab dengan sistematis → gunakan response to reviewers table.
-
Tetap sopan meski tidak setuju → berikan argumen logis dan sitasi pendukung.
-
Gunakan warna highlight pada naskah revisi untuk memudahkan editor.
Contoh jawaban:
Reviewer: “Analisis regresi Anda kurang kuat, perlu uji multikolinearitas.”
Respon: “Terima kasih atas masukannya. Kami telah menambahkan uji multikolinearitas dengan nilai VIF < 2, menunjukkan tidak ada masalah (lihat Tabel 3, hlm. 12).”
📊 Tabel Perbedaan Jenis Revisi Jurnal
Jenis Revisi | Karakteristik | Contoh | Strategi Menghadapi |
---|---|---|---|
Minor Revision | Perbaikan kecil (grammar, sitasi, format) | “Tolong perbaiki referensi sesuai APA 7th edition.” | Fokus pada detail teknis, selesaikan cepat. |
Major Revision | Perubahan signifikan (metode, analisis, teori) | “Tambahkan variabel kontrol dalam model regresi.” | Butuh waktu, lakukan analisis tambahan, update literatur. |
Revise & Resubmit (R&R) | Hampir ditolak, tapi diberi kesempatan | “Kontribusi teoretis kurang jelas, tolong tulis ulang diskusi.” | Tulis ulang bagian besar naskah, gunakan literatur mutakhir. |
Rejection | Artikel tidak diterima | “Topik di luar scope jurnal.” | Cari jurnal lain dengan scope relevan. |
Contoh Praktik Nyata
Seorang dosen bidang manajemen mengirimkan artikel ke jurnal Scopus Q3. Reviewer meminta:
-
Tambahan literatur setelah 2020.
-
Analisis PLS-SEM diperkuat dengan uji bootstrapping.
-
Perbaikan bahasa Inggris akademik.
Hasil: Setelah revisi, artikel diterima hanya dalam dua putaran review.
✅ Keunggulan Menghadapi Revisi dengan Baik
-
Meningkatkan peluang diterima (acceptance rate naik).
-
Meningkatkan kualitas penelitian secara metodologis dan teoritis.
-
Membangun reputasi akademik dengan interaksi positif pada editor/reviewer.
⚠️ Kekurangan / Tantangan
-
Menyita waktu lama, terutama untuk revisi mayor.
-
Biaya tambahan (misalnya proofreading bahasa Inggris).
-
Tekanan psikologis yang bisa menurunkan motivasi penulis.
💬 Ajakan Diskusi
Revisi adalah proses yang tidak bisa dihindari dalam publikasi ilmiah. Namun, cara kita merespons revisi menentukan apakah artikel akan diterima atau ditolak.
👉 Menurut Anda, apakah mahasiswa dan dosen di Indonesia sudah cukup terlatih menghadapi revisi jurnal? Bagikan pengalaman Anda di laacademic.com 🚀
📚 Referensi (APA, 2019–2024, Scopus/Books)
-
Day, R. A., & Gastel, B. (2021). How to write and publish a scientific paper (9th ed.). Cambridge University Press.
-
Kowalczuk, M., Dudek, A., & Smith, R. (2020). Peer review outcomes in academic publishing: Evidence and implications. Scientometrics, 124(2), 789–805.
-
Nguyen, T., Le, H., & Pham, Q. (2022). Time to decision and acceptance in peer-reviewed journals: Patterns and predictors. Journal of Informetrics, 16(3), 101312.
-
Robinson, D., & Lowe, A. (2020). Surviving peer review: A practical guide. Routledge.
-
Zhang, W., Chen, H., & Li, Y. (2021). Strategies for improving acceptance rates in international journals. Learned Publishing, 34(2), 211–222.
Komentar
Posting Komentar